Bibir berfungsi sebagai tempat artikulasi, membantu menahan udara dari paru-paru sehingga dihasilkan bunyi-bunyi tertentu.
Ciuman adalah perkara keintiman, sedangkan hubungan seksual lebih ke jalan meraih orgasme. Dua hal ini berbeda, dan menjelaskan mengapa perasaan berbunga-bunga saat berciuman bisa menjadi gerbang pembuka perasaan seseorang terhadap pasangannya. Maka ciuman juga menjadi hal yang berisiko jika seseorang tak mampu mengendalikan perasaan dengan baik. Atas dasar inilah film-film seperti Pretty Woman (1990) berpegang pada rumus yang sakral: pekerja seks komersial (PSK) haram berciuman mulut ke mulut.
Menahan diri untuk tak menautkan kedua bibir telah menjadi aturan yang sangat umum di kalangan perempuan dengan profesi tertuta di dunia itu sejak lama. Laporan dari ilmuwan sosial Joanna Brewis dan Stephen Linted menjelaskan bahwa PSK terkadang menolak ciuman bibir karena harus menyertakan “perasaan tulus dan cinta untuk orang lain”. Menghindari ciuman bibir dengan klien akan membuat pekerjaan menjadi sederhana dan tak menjadi kompleks di kemudian hari.
Mengapa Kita Berciuman?
Bagaimana asal mula ciuman? Merujuk hasil sejumlah penelitian, ciuman ternyata aktivitas yang alamiah dan sudah ada dalam DNA kita sejak lahir.
Banyak ahli biologi yang telah membuktikan bahwa sejarah ciuman bisa ditelusuri dari aktivitas menyusui. Aktivitas antara ibu dan anak itu begitu intim sehingga menuntun kenyamanan manusia dewasa saat bibir mereka menyentuh bibir pasangannya, mengembalikan emori di alam bawah sadarnya ke masa-masa menyusui dulu. Masa ketika manusia begitu rapuh dan membutuhkan sosok seorang perempuan dewasa yang mau menjaganya, merawatnya, dan memberinya makan langsung dari apa yang diproduksi tubuhnya secara alami.