( Terbaru ) Setelah FWB, Tren Berisiko ‘Sleepover Date’ Viral di Medsos!

Posted on

( Terbaru ) Setelah FWB, Tren Berisiko 'Sleepover Date' Viral di Medsos!kangdarus.com – Saat ini istilah ‘tanggal tidur’ sedang mengalir di linimasa media sosial. Istilah tersebut mengacu pada aktivitas tinggal bersama pacar. Namun, istilah tersebut menuai kritik dari berbagai netizen yang menganggap istilah tersebut merujuk pada aktivitas seks bebas.

Psikolog klinis dan pionir di balik fokus konsultasi Anastasia and Associates, Anastasia Sari Dewi, menekankan bahwa istilah ‘sleepover date’ merupakan jenis penyempurnaan dari istilah yang sudah ada sebelumnya seperti Teman tapi Mesra (TTM) atau Friends with Benefit (FWB).

“Menurut saya, ini (tanggal tidur) telah berubah menjadi fenomena sosial yang dipromosikan dengan istilah baru untuk memperjelas hubungan satu orang dengan orang lain dengan lebih mudah,” kata Sari saat dihubungi, Rabu (7/9/2022).

“Mungkin dulu istilah couple hanya jodoh atau pacaran, lalu ada TTM (Teman tapi Mesra) yang dibentuk lagi menjadi FWB (Friends with Benefit), sekarang berkembang lagi menjadi ‘Sleepover Date’. seolah-olah memahami seperti apa hubungan itu, tetapi dengan kata-kata singkat, “lanjutnya.

Lebih lanjut, seperti yang dikemukakannya, maraknya istilah ‘kencan tidur’ justru bisa menyinggung aktivitas seks bebas. Dengan istilah ini, kesan vulgar dalam perilaku seks bebas bisa dikaburkan. Ia khawatir jika istilah tersebut semakin sering digunakan, perilaku seks bebas juga akan semakin terstandar. Bagaimanapun juga, perilaku seks bebas dapat mempengaruhi fisik hingga mental.

“Yang pasti, dari kata-katanya sendiri, orang-orang mulai sekarang dapat mengetahui ke mana mereka pergi. Tapi yang mengkhawatirkan saya adalah bahwa menurut perspektif psikologis, ini tampaknya menjadi istilah yang lebih mudah untuk dikatakan. Semakin mudah untuk mengatakannya, standardisasi tampaknya Itu sesuatu yang biasa, sesuatu yang alami, baik-baik saja.”

“Untuk hal-hal yang berisiko, ini sangat mengerikan, sejujurnya. Untuk hal-hal berisiko, yang dapat merugikan baik secara fisik maupun intelektual, ini tidak boleh distandarisasi,” tambah Sari.

Sari mengingatkan, secara fisik, seks bebas bisa memicu infeksi menular seksual hingga awal kehamilan. Pada saat yang sama, kondisi psikologis juga dapat terpengaruh. Misalnya, terkait dengan rasa harga diri, aktualisasi diri, hingga risiko sosial.

“Apalagi jika dia melakukannya hanya untuk mengejar arah atau ada kecenderungan untuk sekedar mencobanya. Dia tidak punya keinginan untuk ditinggalkan, ingin terlihat seperti gaul atau semacamnya. Tapi dia mengesampingkan bahwa dampaknya bisa long haul. Ini benar-benar dampak dari tren menginap. kencan yang menyedihkan,” tutupnya.